# Tags
#Kampus

Pengaruh Penetepan Odd-even Pricing pada Keputusan Minat Beli Konsumen

Dibuat Oleh:

Sintia Melati (200907002) Ketua
Firli Safitri (200907008) Anggota
Fatresia Nainggolan (200907036) Anggota
Tengku Alriansyah (200907073 Anggota
Bagas Elwi Nibra (200907112) Anggota

FISIP Jurusan Administrasi Bisnis USU

Di era globalisasi saat ini, persaingan antar perusahaan semakin ketat, berbagai strategi pemasaran harus dirancang sebaik mungkin untuk dapat bersaing dengan pesaing.

Metode Odd-even Pricing telah digunakan perusahaan ini selama bertahun-tahun untuk menarik minat beli konsumen. Pada umumnya, harga produk ditetapkan tidak genap dalam ribuan rupiah, namun ditulis seratus rupiah lebih tinggi atau kurang dari angka ribuan.

Berdasarkan penetapan harga psikologis, hal ini mengungkapkan fakta bahwa pelanggan tidak selalu rasional ketika membuat keputusan pembelian. Jenis penetapan harga psikologis, didasarkan pada teori bahwa pelanggan memilih harga yang tidak merata.

Konsumen melihat harga ganjil (odd pricing) sebagai gambaran harga yang lebih murah. Sementara harga genap (even pricing) menggunakan harga yang lebih tinggi atau lebih mahal sebagai sinyal kualitas, perusahaan berkualitas tinggi lebih memilih harga yang genap (even pricing).

Seperti sebuah produk dihargai Rp9.900,00 atau bisa juga Rp15.100,00. Secara psikologis, harga Rp9.900,00 memaksa konsumen untuk menilai bahwa itu memang kurang dari nominal Rp10.000,00. Disamping itu, untuk harga Rp15.100,00 memaksa kita untuk menambah nilai Rp100,00 yang bagi konsumen terasa kecil namun hal itu tetap akan menambah keuntungan perusahaan.

Menetapkan Strategi Harga Odd Price

Menetapkan harga yang ganjil atau sedikit di bawah harga yang telah ditentukan dengan tujuan secara psikologis pembeli akan mengira produk yang akan dibeli lebih murah. Yakni penetapan harga Rp9.900,00 agar konsumen menilai bahwa itu memang kurang dari nominal Rp10.000,00.
Alasan harga ganjil dapat menarik konsumen karena efek dan harga ganjil itu sendiri. Salah satunya adalah untuk menggambarkan citra harga yang murah, hasil dari citra harga murah yang konsumen memiliki persepsi bahwa itu adalah harga yang telah didiskon. Secara tidak langsung harga ganjil memberikan pengaruh yang cukup kuat kepada konsumen dalam keputusan membeli suatu produk.

Banyak konsumen menilai harga ganjil lebih murah dari harga genap. Seperti contoh berikut: produk bermerek “A” dijual di supermarket dengan harga Rp8.999, banyak konsumen yang tertarik untuk membeli produk tersebut, dengan alasan harganya masih relatif murah karena belum mencapai Rp.9.000.

Adapun menurut pandangan costumer, menurut mereka petunjuk penetapan harga seperti tanda obral dan harga yang berakhir dengan angka 9 (odd pricing) menjadi kurang efektif jika semakin sering diterapkan. Petunjuk dan angka ini lebih berpengaruh ketika pengetahuan harga konsumen buruk, ketika mereka jarang membeli barang atau baru dalam kategori tersebut, dan ketika rancangan produk bervariasi sepanjang waktu, harga bervariasi secara musiman, atau kualitas atau ukuran bervariasi di berbagai toko. Di zaman sekarang, odd pricing sangat sering ditemui pada supermarket, toko sepatu, toko baju.

Menetapkan Strategi Harga Even Pricing

Penetapan even pricing pada harga barang dengan harga genap. Misalnya, sebuah merek kalung menuliskan harga sebesar Rp152.000. Akhiran dari harga tersebut adalah nol. Meski bukan bagian darinya, nol kerap dimasukkan ke rumpun angka genap. Pelanggan dibuat tergiur dengan harga barang yang mahal. Agar konsumen menilai qualitas pada barang dikarenakan harga, harga yang lebih tinggi atau lebih mahal sebagai sinyal kualitas pada barang tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan di Kota Metro, harga ganjil genap (odd even pricing) saat ini belum banyak menarik minat konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen tidak melihat harga produk yang diperjualbelikan, melainkan menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen sehari-hari. Ketika konsumen membutuhkan barang tertentu pada hari itu, bahkan jika harganya ditetapkan pada harga normal atau atau bahkan lebih tinggi, konsumen akan tetap membeli produk tersebut.

Namun terkadang, Pemikiran konsumen tentang harga ganjil (odd pricing) adalah hampir semua konsumen menjawab harga ganjil (odd pricing) lebih murah dibandingkan dengan harga genap (even pricing). Konsumen beranggapan bahwa harga produk yang dibeli lebih murah karena tidak mencapai harga genap yang sesungguhnya. Strategi harga even pricing dapat ditemukan khususnya di mall dan ini diterapkan di outlet baju dan outlet lainnya.

Dapat disimpulkan, bahwa odd pricing dapat membuat harga terlihat murah. Ini juga mendorong terciptanya ilusi diskon. menjadi kurang efektif jika semakin sering diterapkan ketika pengetahuan harga konsumen buruk, dan ketika konsumen jarang membeli barang serta ketika rancangan produk bervariasi sepanjang waktu, harga bervariasi secara musiman, atau kualitas atau ukuran bervariasi di berbagai toko.

Dan even pricing dapat membuat pelanggan dibuat tergiur dengan harga barang yang mahal. Dikarenakan beberapa orang memang menyukai barang yang punya nilai prestisius. Nah, kesan harga mahal ini akan memberi kesan mewah. Inilah tujuan utama dari strategi even pricing. Merek yang sering menggunakan strategi ini adalah kelompok high end. Sebab, kesan mahal adalah bagian dari pesona merek tersebut.