# Tags
#Bisnis

BI: Ekonomi Sumut 2021 akan Terakselerasi

KampusMedan – Medan, Secara keseluruhan tahun 2021, ekonomi Sumut diprakirakan akan terakselerasi dengan range pertumbuhan 2,5-3,3% dengan potensi bias bawah, sejalan dengan pelaksanaan kebijakan PPKM.

Demikian dikemukakan Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Soekowardojo, dalam acara Bincang-Bincang Media secara virtual, Selasa (28/9/2021). Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2020 mengalami kontraksi yang cukup dalam -1,07% (yoy). Dengan adanya rebound ekonomi yang terjadi pada triwulan II-2021, diproyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2021 akan terus terakselerasi. “Meskipun perkembangan kasus positif COVID-19 serta penerapan kebijakan PPKM diprakirakan akan menahan laju permintaan domestik, namun upaya akselerasi vaksinasi diproyeksi menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi”,ujarnya.

Dari sisi inflasi, inflasi Sumatera Utara tahun 2021 diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun 2020. Kenaikan tekanan inflasi seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian didukung percepatan program vaksinasi oleh Pemerintah serta pelonggaran PPKM. “Selanjutnya aktivitas perekonomian pada beberapa industri seperti otomotif, mamin, dan horeka juga telah mulai beroperasi meski masih terbatas. Dengan perkembangan tersebut, realisasi inflasi Sumut tahun 2021 diproyeksikan masih berada pada rentang sasaran nasional 3%±1%, dengan potensi bias bawah”,tambahnya.

Memasuki Bulan Agustus 2021, ketahanan sistem keuangan membaik tercermin dari tingkat profitabilitas (ROA) yang meningkat dan rasio BOPO yang relatif menurun. “Hal ini didukung pula dengan intermediasi perbankan (LDR) yang tercatat menurun didorong respon kenaikan DPK yang lebih cepat dibandingkan kredit, di tengah ketidakpastian ekonomi dampak PPKM di beberapa kota di Sumut (Medan dan Sibolga). Disisi lain, kredit tertahan (Undisbursed Loan) meningkat, didukung dengan peningkatan pada seluruh kelompok bank. Adapun spread bunga perbankan relatif stabil pada angka 5,2%, sedikit naik dibandingkan pada TW II 2021 sebesar 5,1%, namun tetap sejalan dengan belum adanya perubahan BI7DRRR yang masih di angka 3,5%”.tegasnya.

Penurunan DPK di seluruh kelompok mengindikasikan sudah mulai adanya kenaikan pada aktivitas dunia usaha yang didukung dengan penurunan tabungan pemerintah akibat realisasi proyek yang dilakukan Penyaluran kredit perbankan mengalami perlambatan (4,12% -> 2,12%) didorong oleh melemahnya Kredit Modal Kerja (KMK) hingga 10,12% dari sebelumnya 13,3% pada TW II-21 serta melemahnya kredit Investasi (KI) (-7,6% -> -10,5%).

Dari sisi sektoral, penyaluran pembiayaan menurun pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) dan industri pengolahan, namun meningkat pada sektor utama pertanian dan konstruksi. “Melemahnya penyaluran kredit pada sektor PBE dan industri pengolahan diduga terjadi akibat sikap pelaku usaha yang masih wait and see terhadap perekonomian saat ini. Namun demikian, risiko gagal bayar (NPL) masih relatif terjaga di angka 3,35%”,pungkasnya.(RED/MBB)