# Tags
#Kampus

Hari Pendidikan 2024 , Saatnya  Berkarya dan Membangun Karakter

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei, merupakan salah satu hari bersejarah bagi Bangsa Indonesia, karena bertepatan dengan hari Ulang Tahun Raden Mas Suwardi Suryaningrat, atau yang dikenal dengan Ki Hajar Dewantara, tokoh dan pelopor pendidikan di Indoensia.

Ki Hajar Dewantara sebagai pendiri Lembaga belajar bernama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa. Atas keberhasilannya dalam meningkatkan dunia Pendidikan di Indonesia, Pemerintah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pendidikan pada Kemerdekaan Indonesia.

Menurut Kaprodi Manajemen FEB Universitas HKBP Nommensen (UHN) Medan, Romindo M Pasaribu, SE,MBA, tiga semboyan Ki Hajar Dewantara  yang diterapkan dalam sistem Pendidikan tetap relevan hingga saat ini. Pertama, Ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pengajar harus memberi teladan atau contoh yang baik). Kedua, Ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, pendidik harus menciptakan ide dan Prakarsa). Dan ketiga, Tut wuri handayani (dari belakang, guru harus mampu memberikan dorongan dan arahan).

Tahun 2024, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar” sebagai tema peringatan Hari Pendidikan Nasional. Tema yang diusung tahun ini, menjadi harapan baru dalam dunia Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia, dalam melanjutkan program Merdeka Belajar yang telah berjalan dalam 4 tahun terakhir.

Romindo menambahkan, Program Merdeka Belajar menjadi wadah bagi mahasiswa untuk bergerak maju dalam mencari pengalaman dan pengetahuan di luar kampus. “Mahasiswa dapat membentuk karakter berani bermimpi, berkarya, dan berkontribusi di kampus dan di luar kampus. Pihak kampus juga harus ikut bergerak maju untuk menciptakan dan mendorong mahasiswa untuk menggapai mimpi dan berkarya sesuai dengan kemampuan dan harapan dari mahasiswa.”,ujarnya.

Menurut Romindo, kampus dapat sebagai jembatan bagi mahasiswa untuk meraih prestasi akademik dan non akademik. Saat ini ruang belajar bagi mahasiswa bukan hanya di lingkungan kampus, akan tetapi mahasiswa dapat belajar dimana saja untuk berkarya dan berkontribusi bagi kampus.

“Perubahan dalam dunia pendidikan dengan Program Merdeka Belajar memiliki dampak yang positif bagi mahasiswa, kampus, dan dunia usaha diharapkan mampu menciptakan sinergi yang positif untuk mampu memperbaiki dunia pendidikan di Indonesia kedepannya. Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dalam pidatonya tanggal 2 Mei 2024, mengharapkan mahasiswa, kampus, dan dunia usaha dapat melanjutkan Program Merdeka Belajar sebagai wajah baru dalam dunia Pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, mari kita Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”,tegasnya.

Sementara itu, menurut Sekretaris Prodi Manajemen FE UMI Dr. Jeudi ATP Sianturi, S.E.,M.Si, melalui tema Hari Pendidikan Nasional tahun 2024, maka kita sebagai pendidik hendaknya terus belajar, berkarya dan berkontribusi dalam meningkatkan pendidikan yang ada di negara Indonesia sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter.

Jeudi menambahkan, lembaga pendidikan atau sekolah saat ini sedang dipenuhi generasi Z, kesadaran pengelola sekolah (kepala sekolah, guru dan karyawan dan dunia kampus ) untuk menghadapi generasi Z menjadi sangat penting, karena lembaga pendidikan merupakan salah satu institusi yang dipercaya untuk menyiapkan generasi dimasa yang akan datang.

Jika lembaga pendidikan  tetap menerapkan model pembelajaran persis 10 tahun lalu dengan tidak memperhatikan perkembangan zaman, bisa diyakini generasi Z ini tidak akan terdidik dengan baik. Lalu apa yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam mendidik generasi Z agar selain pandai dalam teknologi juga memiliki karakter yang baik?.

Pertama memanfaatkan teknologi informasi. Salah satu karakteristik Generasi Z akan produktif jika tetap terhubung internet dan media sosial. Karenanya lembaga pendidikan harus memasukan nilai-nilai karakter yang baik dalam memanfaatkan teknologi ini, sebagai media pembelajaran agar peserta didik produktif dalam teknologi namun tetap menjaga nilai karakter yang dimiliki setiap peserta didik.

Kedua, karakter religious. Kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai religius merupakan pendidikan karakter bangsa yang utama. Melihat nilai relijius yang semakin memudar dalam perkembanggan zaman, maka harus diterapkan sejak dini dalam proses pendidikan baik formal ataupun tidak.

Ketiga, jujur. Karakter bangsa yang kini menjadi sorotan pada berbagai aspek kehidupan adalah kejujuran. Sekarang, nilai kejujuran diumpamakan sebagai barang berharga yang sangat mahal. Lemahnya nilai kejujuran di sekolah, seperti, budaya menyontek, berbohong kepada guru akan berdampak terhadap proses pendidikan dan hasil yang akan diperoleh. Nilai kejujuran dapat dikembangkan melalui kantin kejujuran, sehingga materi atau pokok bahasan dalam mata pelajaran dapat langsung dipraktekkan.

Keempat, toleransi. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, perilaku orang lain yang berbeda dari dirinya. Berbagai kerusuhan (tawuran) dan kekerasan (perusakan sarana umum) diminimalisasikan dengan saling bertoleransi. Rasa toleransi harus selalu tertanam dan dipahami agar generasi muda terlepas dari permasalahan. Tidak mungkin ada toleransi jika kelakuan moral tidak diperkenalkan secara baik melalui pendidikan karakter. Permasalahan timbul karena adanya perbedaan, karena itulah kita membutuhkan toleransi dalam proses pendidikan supaya tercipta suasana yang kondusif dan damai. Seperti menghargai guru, menghargai pendapat teman, saling membantu menuju kesuksesan.

Kelima, disiplin. Kedisiplinan membuat pelajar dan mahasiswa senantiasa menggunakan waktu dengan sebaiknya, dalam arti tidak menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat atau sia-sia. Dalam lingkup nilai disiplin, Indonesia masih jauh tertinggal dari bangsa lain yang sukses menerapkan nilai kedisiplinan. Kenyataan dilapangan, kebiasaan seperti terlambat masuk kelas/ menghadiri rapat, sering tidak hadir, (baik pengajar atau peserta didik), mengakhiri pelajaran sebelum waktunya masih sangat mudah ditemukan. Apabila dunia pendidikan gagal menanamkan sikap disipli

Keenam, kerja keras. Keberhasilan diperoleh melalui usaha. Kerja keras yang dilakukan meliputi rajin belajar, membuat tugas dengan sungguh-sungguh, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suksesnya penerapan kerja keras dalam melaksanakan hak dan kewajiban, akan melahirkan peserta didik yang mau berusaha, tanpa mengenal putus asa. Hal ini membuat siswa mau bekerja keras dalam mencapai tujuan akhir pendidikannya.

Ketujuh, kreatif. Alternatif lain yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan pemikiran yang kreatif. Siswa yang kreatif sangat diidamkan, karena mampu menghasilkan karya-karya yang baru seperti karya sastra, karya seni, tidak terbebani terhadap satu solusi serta jauh dari jiwa imitasi. Kreatifitas dapat menyeimbangkan otak kiri dengan otak kanan. Sehingga hasil karya anak bangsa seperti penciptaan robot sebagai tekhnologi dapat mengangkat pendidikan Indonesia dimata dunia.

Kedelapan, mandiri. Siswa dan mahasiswa mandiri akan terlepas dari ketergantungan terhadap bantuan yang diberikan oleh orang lain. Kemandirian sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, seperti mengerjakan tugas sendiri, dan melengkapi bahan pembelajaran. Kemandirian melatih siswa untuk terbiasa menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Jadi, generasi muda harus mandiri dalam mengerjakan kewajiban yang telah diberikan.

Kesembilan, semangat Kebangsaan. Patriotisme menjadi modal awal dalam keinginan memajukan bangsa negara Indonesia. Dengan semangat kebangsaan, rasa saling berhubungan akan tetap terasa dalam mengisi hari kemerdekaan. Siswa yang patriotisme akan hikmat mengikuti upacara dan aktif dalam berbagai kegiatan kebangsaan.

Kesepuluh, peduli lingkungan. Upaya yang dilakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap kerusakan lingkungan. Implementasinya di sekolah/kampus  seperti membuang sampah pada tempatnya, dan menjaga kebersihan, kenyamanan lingkungan sekolah. Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi proses pembelajaran, seperti lingkungan belajar yang bersih akan menciptakan suasana senang sehingga pikiran lebih terbuka untuk menerima materi.

Kesebelas, peduli sosial. Sikap dan tindakan yang berjiwa sosial dengan saling membantu untuk mewujudkan kerukunan dan lingkungan yang damai serta sejahtera dalam dunia pendidikan. Apabila ada kemalangan dari warga sekolah diwujudkan dengan rasa empati, mengumpulkan dana bantuan.(RED/MBB)