# Tags
#Medan

Generasi Muda Diminta Berani Bermimpi Besar, Inovatif dan Adaptif Teknologi

KampusMedan – Medan, Sumpah Pemuda, yang diperingati setiap 28 Oktober, merupakan momen bersejarah dalam perjuangan Bangsa Indonesia. Sumpah ini menegaskan persatuan dan kesatuan di antara berbagai suku, budaya dan bahasa di Indonesia.

Hingga saat ini, nilai-nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda masih relevan, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perpecahan. Semangat persatuan yang diusung Sumpah Pemuda perlu terus dihidupkan agar generasi mendatang dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa dengan saling menghargai perbedaan.

“Jadilah pemuda yang berani bermimpi besar dan bekerja keras untuk mewujudkannya. Masa depan bangsa ada di tanganmu”, ujar Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Ilmu Kesehatan, Universitas Prima Indonesia (FKKGIK UNPRI), Dr.dr.Linda Chiuman,M.K.M.,M.Biomed (foto kiri).

Sementara itu, Ir. Albert, S.E., S.P., M.M., M.Pd., Wakil Rektor III Institut Bisnis IT&B, Motivator dan Inspirator Termuda ae-Asia dan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Tahun 2022, menyoroti kepeloporan pemuda.

Menurutnya, pemuda adalah pewaris, penentu masa depan bangsa. Pemuda selalu menjadi penggerak sebuah perubahan, untuk melakukan suatu perubahan diperlukan pemikiran baru, untuk merealisasikannya dibutuhkan keyakinan yang kuat. Ikhlas tanpa pretensi, siap berkorban untuk membela, berproses untuk mewujudkan yang diyakininya. Inilah yang harus menjadi karakteristik pemuda Indonesia.

Sejarah mencatat gegap gempita perjuangan para pemuda, lintas generasi mereka selalu di depan. Sejarah  Bangsa Indonesia menunjukkan bahwa pemuda Indonesia memang senantiasa menjadi pelopor dan memimpin bangsanya dalam berbagai tahap perjuangan.

Kebangkitan Nasional Tahun 1908 bisa disebut sebagai embrio bangkitnya semangat persatuan Tahun oleh orang-orang muda. Sumpah Pemuda Tahun 1928 yang telah menyatukan bangsa ini adalah karya para pemuda.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945 dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dipelopori kaum muda. Angkatan Tahun 1966 yang menyelamatkan negeri dari ideologi komunis dengan Orde Baru-nya yang merupakan koreksi terhadap rezim Orde Lama adalah ordenya para pemuda. Reformasi Tahun 1998 adalah buah tangan kaum muda yang mengakhiri rezim Orde Baru yang telah berlangsung 32 tahun.

Namun ironis, banyak pendapat mengatakan saat ini telah terjadi degradasi pada generasi muda, generasi telah mengalami penipisan ideologi. Hilangnya semangat kekuatan dalam keberagaman, pudarnya jiwa nasionalisme pemuda Indonesia terlihat dari pergeseran budaya bangsa Indonesia.

Krisis moral yang melanda bangsa Indonesia saat ini, khususnya generasi muda membuat kekhawatiran tersendiri baik orang tua dan masyarakat. Arus aliran pola kehidupan budaya barat yang sulit dibendung melalui media massa/media sosial menjadi bagian dari pemicu munculnya perilaku negatif anak muda, pergaulan bebas, miras dan narkoba menjadi trend mereka.

Tawuran antar kelompok, pelajar, mahasiswa  menjadi mimpi buruk, korban luka bahkan korban jiwa menjadi tumbal untuk sesuatu ajang pencarian dan pengakuan identitas dan penyelesaian masalah, yang mendahulukan otot dari pada otak, okol dari pada akal.

“Kita seolah kembali ke masa silam sebelum era Kebangkitan Nasional Tahun 1908, terpecah dalam fanatisme kelompok primordialisme dan paham kedaerahan yang sempit dan terkotak-kotak. Konflik kepentingan yang terjadi saat ini masih nampak sebagai bentuk sikap pragmatisme politik yang sasarannya hanya kepentingan jangka pendek.  Ditambah lagi dengan kerumitan sosial, ekonomi, politik, geografi, rentetan ideologi konstruktif dan destruktif merembes knegeri ini, dan terjadi pembiasan orientasi berbangsa”,ujar Albert.

Fakta di atas menunjukkan  bahwa peran dan partisipasi generasi muda dalam pembangunan sangatlah rendah. Padahal modal utama keberhasilan pembangunan adalah generasi muda itu sendiri, masyarakat awam beranggapan bahwa pendidikan karakter bagi generasi muda sudah cukup didapat dari sekolah formal, kenyataannya pendidikan karakter yang mereka peroleh di sekolah sangatlah minim.

Hal ini dikarenakan materi di sekolah formal lebih banyak memberikan pengetahuan yang bersifat umum daripada pengetahuan yang bersifat moral ataupun karakter. Untuk mengubah sikap pragmatisme maka perlu ditanamkan karakter bangsa. Fenomena yang terjadi pada pendidikan nasional kita saat ini adalah mengeliminasi pendidikan yang didalamnya terdapat pendidikan nilai seperti agama, ideologi, budaya bangsa, pendidikan karakter.

Pendidikan karakter yang baik mencakup pengetahuan akan moral, perasaan tentang moral dan perbuatan yang bermoral, yakni: kesadaran akan sebuah negara yang plural (majemuk) haruslah selalu di implementasikan dalam kehidupan berbangsa dengan mengambil nilai luhur yang terkandung kelima sila dalam Pancasila.

Patriotisme saat ini tidak hanya sebatas kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa, tetapi mencakup komitmen yang diintegrasikan pada idealisme, ideologi visi, semangat sejak  kemerdekaan yang terus dilanjutkan konsensus dan komitmen nasional dalam dimensi kerohanian bangsa.

Persaudaran bangsa tidaklah semata-mata ditentukan oleh dimensi primordialitas (garis keturunan atau bahasa daerah) tetapi oleh kesetiaan pada semangat perjuangan dan cita-cita pendiri negara yang dilhami dalam makna Hari Sumpah Pemuda.

Pemuda secara alamiah sangat berperan dalam  kepeloporan dan kepemimpinan untuk menggerakkan potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat. Penyusunan strategi mengenai peran pemuda dalam pembangunan konteksnya adalah kepeloporan dan kepemimpinan.

Untuk meningkatkan peran pemuda dalam pembangunan, harus dibangun kepeloporan dan kepemimpinannya, tiga aspek yang terkait hal tersebut adalah: semangat, kemampuan, dan aktualisasi.

Kepeloporan dan kepemimpinan bisa berarti sama yakni : berada didepan dan diteladani oleh yang lain.  Kepeloporan jelas menunjukkan sikap berdiri di depan, merintis, membuka jalan, dan memulai sesuatu, untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, dipikirkan oleh yang lain.

Dalam kepeloporan ada unsur menghadapi risiko. Kesanggupan untuk memikul risiko ini penting dalam setiap perjuangan. Maka dari itu, diperlukan ketangguhan, baik mental maupun fisik. Tidak semua orang berani, dapat atau mampu mengambil jalan yang penuh risiko. Sifat-sifat itulah yang ada dalam diri pemuda, karena itulah tugas kepeloporan cocok buat pemuda.

“Kepeloporan pemuda merupakan akumulasi dari semangat pemuda dalam mengembangkan potensi diri, guna merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab tantangan dan memberikan jalan keluar atas berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat yang dilandasi sikap dan jiwa kesukarelawanan, tanggung jawab, dan kepedulian untuk menciptakan sesuatu atau mewujudkan gagasan pemikiran, tindakan, dan perilaku menjadi suatu karya nyata yang berkualitas dan dilaksanakan secara konsisten dan gigih yang dirasakan manfaatnya bagi masyarakat serta diakui oleh berbagai elemen masyarakat”,tegasnya.

Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia mendorong peran kepeloporan pemuda dalam berbagai bidang melalui ajang Pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional pada setiap tahunnya.  Pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional mencakup lima bidang kepeloporan pemuda yaitu: Pendidikan; Sosial dan Budaya; Pengelolaan Sumber daya Alam, Lingkungan dan Pariwisata; Pangan; Dan Inovasi Teknologi.  Tujuannya menciptakan pemuda yang berkualitas dan berdaya saing serta memberikan kontribusi positif dalam pembangunan khususnya bidang kepeloporan.

Ki Hadjar Dewantara pernah mengatakan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani.” Yang artinya: Di depan memberikan contoh yang baik. Di tengah membangun semangat. Di belakang memberikan dorongan.

“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” – Ir. Soekarno .(REL/MBB)