FE UNPRI Gelar Konferensi Internasional dan Munas Asosiasi Prodi Mandarin Indonesia ke-5
KampusMedan – Medan , Fakultas Ekonomi Universitas Prima Indoensia (UNPRI) menggelar Konferensi Internasional Bahasa Mandarin, Sastra dan budaya Tionghoa, Pendidikan bahasa Mandarin Prodi Sarjana Terapan Bahasa Mandarin untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional ke-1, Asosiasi Prodi Bahasa Mandarin Indonesia ke-5 dan Munas Asosiasi Prodi mandarin Indonesia ke-5, yang digelar 24-25 Oktober 2024 di Kampus UNPRI Jln.Sampul no 3 Medan.
Mengusung tema “Keberlanjutan Perkembangan Pendidikan Bahasa Mandarin, bahasa dan Sastra Tionghoa, Seni dan budaya Tionghoa, Mandarin Ekonomi Bisnis dan Profesional”, tampil narasumber dan moderator 梁秉赋院长 (Mr. Neo Peng Fu), Direktur Confucius Institute di Nanyang Technological University, Singapura. Selanjutnya 叶俊杰 教授 (Dr. Yeap Chun Keat) dari Universiti Teknologi MARA, Malaysia. 樊洁院长 (Ms. Fanjie), Direktur Confucius Institute di Universitas Sebelas Maret, Indonesia. 唐根基会长 (Dr. Herman) dari Universitas Universal Batam, yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Program Studi Mandarin di Indonesia (APSMI). Dari Universitas Indonesia hadir Prof. Dr. R. Tuty Nur Mutia Muas dan Dr. Celerina Dewi Hartati dari Universitas Darma Persada.
Konferensi ini membahas beragam topik penting terkait pengajaran bahasa Mandarin, budaya, dan adaptasi bahasa di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Materi pertama mengupas tantangan dan peluang pengajaran bahasa Mandarin di Indonesia, meliputi strategi peningkatan kurikulum dan metode mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa lokal.
Selain itu, dibahas juga konsep “kekudusan” dalam budaya Tiongkok yang meliputi nilai spiritual Konfusianisme dan Taoisme, serta pengaruhnya pada perilaku sosial dan adat istiadat masyarakat Tiongkok. Posisi baru pendidikan bahasa Mandarin di Asia Tenggara juga menjadi sorotan, dengan fokus pada pentingnya integrasi budaya lokal dalam merespons kebutuhan sosial dan ekonomi di kawasan ini.
Teks sejarah diangkat sebagai salah satu materi pembelajaran untuk memperkenalkan siswa pada konteks historis Tiongkok, memperkaya pemahaman mereka tentang bahasa dan budaya Tiongkok. Topik lainnya mengulas tentang meningkatnya siswa non-Tionghoa yang belajar di sekolah Tionghoa Malaysia, menjelaskan alasan, kondisi, dan tantangan integrasi budaya di sekolah-sekolah tersebut.
Selain itu, juga membahas partikel modal bahasa Indonesia “[sih]” dalam konteks bahasa Mandarin, menunjukkan bagaimana adaptasi bahasa lokal memperkaya kajian linguistik Mandarin di Indonesia. Rangkaian materi ini memberikan wawasan komprehensif mengenai pengajaran bahasa Mandarin dan interaksi budaya di kawasan Asia Tenggara.
Konferensi Internasional dan Munas tersebut dihadiri Sekitar 400 peserta, yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan praktisi pendidikan dari berbagai fakultas dan universitas di Indonesia, peneliti, serta beberapa tamu dari instansi yang terkait dengan pendidikan bahasa Mandarin serta anggota Asosiasi Program Studi mandarin Indonesia (APSMI) dari seluruh Indoensia.
Acara tersebut juga dihadiri Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Medan, Dewan Penasehat UNPRI, Founder UNPRI, Ketua BPH UNPRI, Ketua Lembaga Pendidikan Bahasa Mandarin Sumatera Utara, Wakil Rektor Universitas Prima Indonesia, Ketua Asosiasi Program Studi Mandarin Indonesia , Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Prima Indonesia, Direktur Confusius Institute, baik dari Pihak Indonesia maupun pihak Tiongkok.
Dalam sambutannya, Rektor UNPRI Prof. Dr. Chrismis Novalinda Ginting, M.Kes mengatakan, pentingnya acara ini dalam memperkuat hubungan akademik antara Indonesia dan Tiongkok. Konsulat Jenderal Tiongkok di Medan juga menyampaikan sambutan yang menekankan pentingnya mempelajari bahasa dan budaya Tiongkok dalam mendukung diplomasi budaya.
Peserta sangat antusias dan merasa bahwa acara ini memberi wawasan mendalam tentang pengembangan karier di bidang pendidikan bahasa Mandarin. Diskusi panel dengan narasumber juga sangat interaktif, memberikan banyak pengetahuan baru.
Peserta konferensi mengharapkan acara ini dapat menjadi jembatan kerjasama yang lebih erat antara institusi pendidikan di Indonesia dan Tiongkok, serta menginspirasi lebih banyak riset dan inovasi di bidang pendidikan bahasa Mandarin dan budaya Tiongkok di Indonesia.(REL/MBB)