SMA Karya Utama Marindal Sukses Gelar Ceramah Anti Perundungan
KampusMedan – Medan, Perguruan Karya Utama yang berlokasi di Jln.Pendidikan No 23 Marindal Kabupaten Deli Serdang, sukses menggelar Ceramah Anti Perundungan bertopik “Membangun Karakter Generasi Muda Menghindari Bullying, Narkoba dan Siap Berliterasi Menuju Indonesia Emas 2045”, yang digelar Jumat (3/11/2023).
Pada kegiatan tersebut Mangasi Butarbutar SE.MM, dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Prima Indoensia (UNPRI) Medan, tampil sebagai pembicara. Mangasi Butarbutar membuka ceramah dengan menyampaikan karakter Generasi Z (GenZ), yang lahir tahun 1995 hingga 2010, antara lain terkoneksi secara digital, pragmatis (realistis), sadar isu global, diversifikasi Identitas (menerima keberagaman), tingkat stress tinggi, kurang skill sosial di dunia maya.
“Beberapa sisi positif dari karakter GenZ tersebut silahkan diteruskan, tetapi sisi negatifnya harus dibuang. GenZ punya stress tingkat tinggi karena ingin mencapai sesuatu secara instan, maka ini harus anda hindari. Silahkan melakukan sesuatu lewat prosesnya, dan tunggu hasilnya secara gradual. Kemudian saring sebelum sharing jika memposting sesuatu di dunia maya”,ujarnya.
Menurutnya, tahun 2045 dimana Indonesia berusia 100 tahun (Indoensia Emas), generasi muda yang punya peran menuju Indonesia menjadi Negara maju, dengan syarat generasi muda harus berkontribusi positif.
“Andalah yang punya peran di tahun 2045. Akan dibawa kemana Indonesia tergantung apa kontribusi anda. Mampukah Indoensia menjadi Negara maju tergantung peran anda semua. GenZ harus memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif, inovatif. Kemudian Damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter yang kuat. Sehat, menyehatkan dalam interaksi alamnya dan berperadaban unggul”,tegasnya.
Mangasi Butarbutar menyampaikan data tentang dampak buruk perundungan (bullying). Ia menyampaikan data Januari-September 2023 saja, terjadi 10 kasus bunuh diri anak, meningkat 10 persen dikomparasikan dengan periode sama pada 2022. Lebih memprihatinkan lagi, 60 persen kasus bunuh diri tersebut merupakan korban perundungan.
Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak, kekerasan terhadap anak di sekolah termasuk perundungan, meningkat dari 7,6 persen dari total kasus kekerasan terhadap anak pada 2022 menjadi 8,7 persen pada Januari-Agustus 2023. Lonjakan kasus tersebut sangat memprihatinkan (Kompas, 30/9/2023).
Ia menambahkan, perundungan adalah tindakan intimidasi dengan pelaku pihak yang merasa kuat terhadap pihak yang dianggap tidak memiliki kekuatan. Bentuk kekuatan untuk membuat tidak nyaman seseorang atau kolompok yang berdampak psikologis, korban trauma, tidak berdaya dan tertekan.
“Perundungan ini dapat berupa kekerasan dalam berbagai bentuk, seperti fisik (menampar, memukul, menganiaya), Verbal (mengejek, mengolok-olok, memaki), secara mental (memalak, mengancam, mengintimidasi dan mengucilkan), perundungan cyber (melalui sosial media).”,ujarnya.
Mangasi Butarbutar pun menjelaskan upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah perundungan. Antara lain pencegahan dari keluarga, pencegahan dari sekolah, pencegahand ari masyarakat. Pencegahan dari keluarga antara lain membangun komunikasi yang baik antara anak dan orangtua, menyiapkan mental anak untuk menghadapi perundungan, sosialisasi dan advokasi terkait hak anak kepada orangtua, melaporkan ke pihak sekolah jika mengalami perundungan, menyelaraskan pendisiplinan tanpa merendahkan martabat anak, di rumah maupun di sekolah.
Upaya pencegahan oleh anak, antara lain mengembangkan budaya pertemanan yang positif, merangkul dan membantu teman yang mengalami perundungan, memahami dan menerima setiap perbedaan individu di lingkungan sebaya, ikut menegakkan aturan sekolah terkait anti perundungan.
“Upaya pencegahan perundungan dari satuan pendidikan sekolah antara lain adanya media/layanan pengaduan perundungan, memberikan bantuan bagi siswa yang mengalami perundungan, pendidik dan tenaga kependidikan harus memberikan teladan dengan berperilaku positif tanpa kekerasan, menjalin komunikasi dengan siswa dan orangtua siswa, membuat kebijakan anti perundungan, menggelar program anti perundungan yang melibatkan siswa, orangtua, masyarakat dan satuan pendidikan. Semua yang dibahas diatas akan menciptakan Sekolah Ramah Anak (SRA)”,jelasnya.
Soal narkoba, Mangasi butarbutar menjelaskan dampak buruk bagi pelaku, antara lain mental illness, impiand an cita-cita hangus, keuangan hancur, system organ tubuh rusak. “Kalau tidak sehat karena narkoba, jadi bagaimana mau sukses mencapai cita-citamu. Pintar-pintar bergaul, isi waktu kosong mu dengan hal-hal yang positif. Isi waktumu dengan mempelajari perkembangan teknologi sekarang, seperti AI yang mampu meningkatkan daya saing mendapatkan pekerjaan agtau menciptakan lapangan kerja baru”.tegasnya.
Menyangkut Go Literacy, mangasi Butarbutar menjelaskan bahwa litersi itu bukan hanya literasi baca tulis, tapi juga menyangkut literasi numerasi (memahami angka dan simbol-simbol dalam konteks kehidupan sehari-hari), literasi sains (memahami fenomena alam dan fenomena sosial di sekitar kita), literasi digital, literasi finansial dan literasi budaya dan kewargaan.
Ketika membuka acara, Kepala Sekolah SMA Karya Utama, Anggiat Sahat Siringoringo SE,Ak menyambut kehadiran pembicara yang kedua kalinya tampil di sekolah tersebut. Kemudian meminta seluruh siswa untuk menghindari bullying, narkoba dan punya komitmen untuk terus meningkatkan literasi.
Usai acara yang didukung oleh perusahaan elektronik SHARP dan perusahaan pembiayaan FIF, dan usaha kuliner Susan Taste tersebut, seluruh siswa foto bersama dengan pembicara, kepala sekolah dan guru-guru. Kepala Sekolah Anggiat Sahat Siringoringo SE.Ak berharap lewat acara tersebut, pemahaman siswa tentang anti perundungan, anti narkoba dan literasi semakin baik dan lingkungan sekolah bisa bebas dari perundungan dan narkoba. (RED/MBB)