Mahasiswa FE UMI Sukses Gelar Seminar “Mental Health “
KampusMedan – Medan, Dalam upaya meningkatkan soft skill mahasiswa dan panduan kepada mahasiswa sebagai peserta seminar untuk memperhatikan tentang kesehatan mental seseorang, Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indoensia (FE UMI) menggelar Seminar bertajuk “Mental Health”, Sabtu (9/12/2023) di Aula Kampus tersebut di Jln.Hangtuah Medan.
Acara tersebut mendapat dukungan penuh dari Dimita Purba selaku Kaprodi Akuntansi dan Robinhot Gultom selaku Kaprodi Manajemen. Tampil sebagai pembicara/narasumber antara lain Yesi Enisa Barus, Yulisia Amanda Hutapea, Dola Resiya Tarigan, Arif Jonathan Sitohang, Angelina Hutapea dan Januari Barus, dibawah arahan dosen pembimbing Dr. Elperida J. Sinurat, SE, M.Si. Acara dipandu oleh moderator Septiani Sarah Samosir, Notulis Yesa Kristiani Simamora dan dihadiri kurang lebih 205 orang.
Ketika ditanya soal latar belakang acara dimaksud, Dr. Elperida J. Sinurat SE,MSi mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan Praktik Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, yang tujuannya untuk meningkatkan soft skill mahasiswa dalam hal kemampuan kerjasama, mampu berbicara di depan publik, semakin percaya diri dan mampu mengambil keputusan.
“Kegiatan seminar dengan mengangkat topik “Mental Health”, karena memang belakangan marak terjadi bunuh diri, depresi dan stress di masyarakat terutama juga mahasiswa. Maka kami ingin melihat dari persfektif mahasiswa bagaimana pandangan mereka tentang hal ini”,ujarnya.
Dalam seminar tersebut dibahas sejumlah masalah, antara lain kesehatan mental dan pandangan masyarakat, mental health dalam pandangan psikologi, mental health dari pandangan sosial, mental health dari pandangan filsafat dan agama, kasus-kasus kesehatan mental, cara menjaga kesehatan mental di kalangan mahasiswa.
Dari seluruh paparan narasumber, bahwa kesehatan mental adalah keadaan kesejahteraan dimana individu dapat menyadari kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi kehidupan .
Dari perspektif masyarakat, sebagian masyarakat mendukung dan penting diperhatikan soal kesehatan mental, namun ada juga pendapat kontra dari masyarakat, seperti masih banyak yang sepele menganggap kesehatan mental adalah hal yang alay dan memalukan.
Sementara itu, kesehatan mental menurut pandangan psikologis, kesehatan mental adalah kemampuan mengatur emosi dan mengelola pikiran dan mampu menghadapi tantangan hidup, dimana faktor-faktor pemicu gangguan kesehatan mental antara lain peristiwa traumatic, seperti kekerasan dan pelecehan seksual. Kemudian kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil, kurang mampu bergaul dengan orang lain, perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan, perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.
Jenis- jenis penyakit mental antara lain Bipolar (perubahan emosi/suasana hati yang sangat tiba-tiba), PSD (trauma yang dimiliki oleh seseorang), OCD (melakukan kegiatan sesuatu secara berulang-ulang). Cara mengatasi penyakit kesehatan mental ini adalah terapi ke Psikolog, meditasi, bersyukur dan memotivasi diri.
Kesehatan mental menurut pandangan sosial, bahwa lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Cara menjaga kesehatan mental versi sosial ini antara lain membangun hubungan yang sehat baik dalam keluarga, pertemanan atau hubungan lain, mencari dukungan ketika dibutuhkan yaitu dengan orang yang tepat, mampu mengelola konflik dengan bijaksana dan bertanggung jawab
Sedangkan kesehatan mental menurut pandangan filsafat dan agama, mengutip dari Yesaya 2:22 dan Amsal 3:5. Secara singkat ayat ini mengajak kita untuk tidak terlalu berharap terhadap manusia, melainkan kepada Tuhan dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan Tuhan dalam segala hal baik dalam sukacita maupun dukacita .
Dalam seminar tersebut, mengemuka kasus-kasus kesehatan mental yang terjadi di Indonesia, seperti bunuh diri, bullying, kekerasan dalam hubungan/pasangan, kematian akibat kesehatan mental. Menurut para narasumber, kasus-kasus kesehatan mental pada remaja juga tidak sedikit, seperti gangguan kecemasan dan depresi, berfikir negatif dan kekhawatiran sosial, gangguan makan. Sedangkan kasus-kasus kesehatan mental pada orang tua antara lain perubahan peran, kesepian dan isolasi, merasa kehilangan dan depresi.
Mengemuka juga cara menjaga kesehatan mental di kalangan mahasiswa, apalagi audiens juga para mahasiswa. Antara lain menjadi diri sendiri dan jujur kepada diri sendiri (banyak mahasiswa yang hidup dalam kepura-puraan seperti pura-pura bahagia, pur-pura kuat, pura-pura kaya, dll ).
Kemudian membatasi ekspektasi terhadap sesuatu hal. Menghargai diri sendiri dengan menanamkan pada diri sendiri bahwa “dirimu berharga apapun latar balakang atau apapun kekurangan dan masa lalu kita”. Siap berperan untuk menjaga kesehatan mental teman-teman kita dengan menjadi tempat cerita .
“Don’t jugde your friend. Jangan bandingkan masalah mu dan orang lain , baiklah saling mendengar dan menghargai. Jangan menyebarkan cerita orang lain terhadap orang-orang yang tidak berkepentingan”, ujar salah seorang narasumber.
Usai seminar, dosen pembimbing Dr.Elperida J. Sinurat SE,.MSi mengharapkan seluruh audiens mampu menerapkan hal-hal positif yang sudah didengar dalam acara tersebut, dan lebih mencintai diri kita sendiri, menyadari keterbatasan diri sendiri, dan mensyukuri keterbatasan tersebut serta menjadi pelaku-pelaku yang menjaga dan memperhatikan kesehatan mental orang tua, teman-teman, pasangan, keluarga atau pun masyarakat lainnya. (RED/MBB)
septiani sarah samosir
11th Des 2023Wahh bangga sekalii