Hari Pahlawan Nasional yang diperingati setiap tanggal 10 November, bukan hanya menjadi refleksi atas jasa para pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan, tetapi juga sebagai dorongan bagi setiap generasi untuk melanjutkan perjuangan dalam bentuk kontribusi positif bagi bangsa.
Peringatan Hari Pahlawan juga bukan hanya seremonial, melainkan panggilan moral untuk bertindak nyata. Gen Z bisa menjadi pahlawan di era modern dengan cara-cara mereka sendiri. Dengan sikap kritis, kepedulian sosial, dan semangat kolaborasi, mereka berpotensi membawa perubahan besar yang positif.
Generasi Muda Kini
Generasi Z (Gen Z) merupakan generasi yang tumbuh bersama perkembangan teknologi dan internet. Mereka adalah para digital natives, anak-anak muda yang akrab dengan media sosial dan serba cepat dalam mengakses informasi. Sebagai generasi yang menjadi estafet perjuangan bangsa, generasi ini juga diharapkan dapat mengapresiasi dan meneruskan perjuangan dan semangat para pendiri republik dengan cara baru yang relevan.
Tentu menjadi pahlawan di era modern ini tidak sama dengan pahlawan zaman dulu. Saat ini, semangat perjuangan para Gen Z tidak harus melalui perang dengan menggunakan senjata dan bambu runcing, tetapi medan perang tersebut berpindah ke era digital di mana teknologi, integritas, inovasi, menjaga etika di ruang siber, serta karya-karya kreatif dan kolaboratif diharapkan berkontribusi untuk kesejahteraan ekonomi dan sosial.
Karya kreatif tersebut seperti membuat startup, aplikasi, atau karya kreatif yang bertujuan untuk memecahkan masalah sosial atau meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan membantu UMKM lokal agar bisa berkembang dengan adaptasi teknologi digital. Pahlawan-pahlawan Digital UMKM diharapkan dapat melahirkan ribuan inovator muda yang membantu pedagang lokal beradaptasi di dunia digital untuk bersaing bukan hanya di pasar tradisional tetapi juga di pasar internasional.
Pada era Gen Z, pahlawan bukan lagi hanya mereka yang berperang melawan penjajah, tetapi juga mereka yang berjuang melawan disinformasi, intoleransi, dan krisis moral. Generasi ini memegang peran penting dalam melindungi bangsa dari ancaman digital seperti: hoaks, cyberbullying, dan ujaran kebencian.
Di era digitalisasi saat ini, arus informasi yang begitu cepat yang dapat menyebabkan miss-informasi dan membuat semakin mudahnya penyebaran berita palsu (hoax), yang tidak jarang pada akhirnya menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Gen Z juga perlu belajar memilah informasi agar tidak terjebak dalam hoaks atau informasi palsu.
Generasi Z diharapkan dapat meneladani rasa cinta tanah air para pahlawan dengan berkontribusi positif bagi Indonesia. Di era digital, cinta tanah air dapat diwujudkan dengan melawan hoaks, tidak terprovokasi oleh berita yang memecah belah, dan mempromosikan nilai-nilai yang menjaga persatuan dan keharmonisan. Ketika mampu memilih informasi yang benar, mereka juga sedang melatih diri menjadi pahlawan informasi bagi lingkungannya.
Kepahlawanan Gen Z juga dapat diwujudkan dengan menjadi “benteng” baru di dunia maya dengan melawan perundungan. Mereka menjadi pelindung ruang siber dengan berani melawan perundungan dan penyalahgunaan data di tengah ancaman kejahatan siber global.
Dengan memanfaatkan sifat sebagai digital native dan sebagai pengguna internet terbanyak, mereka dapat menciptakan ruang digital yang aman, menjadi pendukung bagi korban, dan mempromosikan penggunaan media sosial yang bertanggung jawab. Mereka dapat berperan sebagai pahlawan dengan cara menjadi pendukung aktif korban cyberbullying, menolak menyebarkan konten pribadi, serta membangun komunikasi terbuka dan mendiskusikan bahaya cyberbullying.
Kepahlawanan para pejuang kemerdekaan sangat erat dengan semangat persatuan. Dalam era digital, persatuan dan toleransi antar umat adalah tantangan tersendiri, karena perbedaan dan ujaran kebencian mudah sekali menjadi konflik di media sosial.
Generasi Z diharapkan mampu menghidupkan semangat toleransi dan persatuan di tengah masyarakat yang majemuk dengan membangun yang sikap saling menghormati dan saling menghargai antar sesama. Mereka bisa berperan sebagai agen perdamaian dan persatuan dengan menyebarkan konten positif dan bijak dalam menghadapi perbedaan serta tidak membalas komentar jahat dan tidak menyebarkan konten pribadi teman, yang dapat memperburuk situasi.(RED/MBB)
- Penulis adalah Dr. E. Hamonangan Siallagan, SE.,M.Si, Dekan FEB Univ.HKBP Nommensen Medan









