# Tags
#Kampus

Mahasiswa FKKGIK UNPRI Antusias Ikuti Kuliah Umum “Konsep Sehat Sakit Kajian Kritis Antropoligis”

KampusMedan – Medan, Sebanyak 850 peserta dari mahasiswa dan dosen FKKGIK UNPRI sangat antusias mengikuti Kuliah Umum “Konsep Sehat Sakit Kajian Kritis Antropologis” yang diselenggarakan di Hall Utama Kampus UNPRI Jln.Sampul no 3Medan, Senin (13/1/2025).

Menampilkan narasumber Dr.Ridwan M. Thaha, M.Sc, Dosen Universitas Hasanuddin, yang juga Ketua Majelis Keprofesian Kesehatan Masyarakat Indonesia – IAKMI 2023-2026, Wakil Ketua Koleqium KesMas 2024-2029 serta Majelis Akreditasi LAMPOTKes, menyuebutkan bahwa tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan harus kompeten dalam memberikan pelayanan, pencegahan dan promotif yang harus dilakukan lebih intensif untuk pembangunan kesehatan di Indonesia.

Menurut Ridwan M. Thaha, banyak masalah kesehatan di Indonesia. Masalah kesehatan tersebut antara lain Sistem Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Mental dan Penyalahgunaan Zat Adiktif, Penyakit Infeksi, Malnutrisi dan Ketahanan pangan, Kesehatan seksual dan Reproduksi, Kanker dan Diabetes, Polusi & Climate Change, masih terjadi ketidak seimbangan kebijakan layanan berpihak kuratif/rehabilitatif berbanding promotive/preventif. Praktek layanan kesehatan seperti ini terjadi hampir di semua negara berkembang termasuk Indonesia.

Ridwan M. Thaha mencontohkan, di Amerika misalnya, yang pengeluarannya 10 ribu dolar per kapita per tahun, angka harapan hidupnya hanya 78 tahun, akibat program/biaya kesehatan lebih diprioritas pada kuratif,  sedangkan di Jepang yang mengeluarkan biaya 4.400 yen perkapita per tahun itu angka harapan hidupnya 84 tahun, sebabnya Jepang menerapkan promotif dan preventif yang lebih baik dan konsisten.

“Di Indonesia, biaya kapitasi untuk promotiv/preventif tahun 2023 mencapai Rp3,600/tahun berbanding biaya kuratif/tahun untuk pelayanann kelas RS Pratama mencapai Rp16.000. Angka Harapan Hidup (AHH) orang Indonesia antara 72-74, sebabnya biaya untuk penerapan promotif/preventif hanya 19% dari tital kapitasi/orang/tahun u Ini terbukti bahwa pembiayaan kesehatan masih berfokus ke kuratif/rehabilitative sehingga hasil pembangunan Kesehatan kita dengan AHH 72-74 tahun”,tegasnya.

Hasil kajian antropologi menurutnya, menemukan bukti bahwa jenis penyakit yang paling umum diderita masyarakat, terbukti distribusinya ditanggapi secara berbeda. Perbedaan di antara populasi sangat ditentukan oleh berbagai faktor yaitu karakteristik lingkungan sosial, kondisi ekonomi, lingkungan fisik dan hayati, karakteristik demografi, dan gaya hidup.

“Fakta praktek Ilmu Biomedis telah membiasakan kita untuk memikirkan masalah kesehatan pada dasarnya hanya melibatkan dokter dan obat-obatan serta pembedahan dan merupakan respons yang paling tepat. Hasil studi antropologis, penyebab sebenarnya dari morbiditas (kesakitan) dan kematian (mortalitas) ditemukan kalau biomedis bukan hanya masalah biologis, tetapi secara budaya menyangkut pola perilaku manusia sebagai faktor fundamental yang mendasari penyebab utama kesakitan dan kematian. Apa yang terjadi dengan TBC dan Malaria di Indonesia adalah bukti konkrit, prevalensi sulit menurun bahkan meningkat terus, karena terbukti proses penyembuhannya melibatkan keyakinan, kebiasaan, model pengobatan dan tata cara penyembuhan yang didasarkan atas “keyakinan budaya”. Keterbatasan perspektif biomedis bahwa penyakit pada dasarnya hanya fisiologis dan masalah mental dan psikososial tidak relevan membuat Engel (1980) memperkenalkan model biopsikososial. asil Studi Kasus Kesehatan Mental oleh Mead (2009), bahwa untuk memahami sifat kesehatan mental dan mengatasinya memerlukan perspektif yang lebih luas, yang berkaitan dengan dimensi psikologis, dimensi budaya, dan sosial yang mempengaruhi kesejahteraan. Penilaian antropologis menemukan penangan lenyakit psikis tidak efektif karena mengabaikan aspek psikologis dan sosial dari konteks budaya di mana penyakit itu dihasilkan dan dialami”,jelasnya.

Bagaimana Profesi KesMas Menghadapi Kondisi Seperti Ini? Menurut Ridwan M. Thaha, skill yang diperlukan tenaga kesehatan masyarakat  antara lain kemampuan professional membangun Perta Kognisi Promosi dan Pencegahan Hidup Sehat, Kemampuan Mengembangkan Media Informasi Untuk Mobilisasi Mesin Sosial, Kemampuan Mengembangkan Strategi Advokasi dan Negosiasi (membangun dan merubah regulasi serta mobilisasi mesin birokrasi), Kemampuan Bekerja Penuh memimpin dan bekerjasama dalam multi sektor untuk manajemen partisipasi masyarakat.

Metode kerja professional yang dibutuhkan antara lain ketrampilan konseling, kemampuan kom sosiologi kel.kecil, ketrampilan membangun komunitas peduli, kepemimpinan dan ketrampilan pemberdayaan, kemampuan untuk low invorcment, advokasi, negosiasi bargein. “Untuk mencapai ”Sehat”, kita juga membutuhkan kolaborasi dengan kerjasama sektoral untuk merajut secara BERSAMA upaya sehat menjadi fakta”,tutupnya.

Dekan FKKGIK UNPRI Prof. Dr. dr. H. Gusbakti Rusip., M.Sc., Sp.KKLP(K)., PKK., AIFM., AIFO-K, menyampaikan terimakasih atas kesediaan Ridwan M. Thaha, Dr, M.Sc menyampaikan materi yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Dekan FKKGIK berharap mahasiswa memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman narasumber tersebut untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Sejumlah mahasiswa FKKIGK UNPRI mengatakan. Bahwa kuliah umum tersebut mampu  menambah semangat mahasiswa kesehatan utk membangun kesehatan di daerahnya dengan pendekatan sesuai karakteristik daerahnya.(RED/MBB)